Penting Banget! Mengetahui Tingkatan Belajar Bagi Para Pencari Ilmu
Mencari ilmu adalah sebuah keharusan bagi semua orang tanpa memandang agama, bahasa, ras, dan suku. Semua orang tanpa terkecuali berhak untuk mencari ilmu dan mendapatkan pendidikan.
Agama Islam sendiri telah mewajibkan bagi pemeluk agamanya untuk mencari ilmu. Nabi Muhammad salallahu alaihi wa salam bersabda dalam suatu riwayat:
طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.
Itu tadi adalah salah satu dalil yang mewajibkan umat muslim untuk mencari ilmu. Dan sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil serupa yang menunjukan pentingnya mencari ilmu.
Berbicara mengenai mencari ilmu adalah suatu hal yang sangat menarik untuk dibahas. Karena semua orang yang ada di dunia ini pasti tidak akan lepas dari yang namanya mencari ilmu.
Nah, pada artikel kali ini saya ingin berbagi kepada anda mengenai apa saja sih tingkatan dalam belajar bagi para pencari ilmu? Ada berapakah tingkatannya? Apa hikmahnya? Dan seberapa pentingkah mengetahuinya?. Untuk menghilangkan rasa penasaran anda atas semua pertanyaan tersebut, berikut ini adalah penjelasannya.
Penting Banget! Mengetahui Tingkatan Belajar Bagi Para Pencari Ilmu
Mendapatkan kesempatan mencari ilmu adalah suatu kebanggan yang patut kita syukuri. Karena dengan ilmu seseorang akan memiliki derajat kemuliaan yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak mempunyai ilmu.
Seseorang yang masih dalam proses mencari ilmu tentunya mengetahui ilmu apa yang sedang dipelajari. Dan seorang pencari ilmu pasti akan melewati 3 tingkatan dalam proses belajarnya. 3 tingkatan itu apa saja sih? Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Tingkatan Mubtadi
Tingkatan mubtadi adalah tingkatan belajar suatu disiplin ilmu dari yang paling dasar. Tingkatan ini adalah tingkatan pertama yang wajib dilalui para pencari ilmu terlebih dahulu. Di dalam kitab "Turuqul Manhajiyah fi Tahsilil Ulumu Syariyah" dijelaskan bahwa:
المبتدئ هو من لم يقدر علي تصوير حد المسألة
Penjelasan sederhananya adalah orang yang berada pada tingkatan mubtadi adalah orang yang belum mampu menggambarkan suatu permasalahan.
Baca Juga: Mengungkap Basmalah dan Hukumnya Ketika Melakukan Salat
Seorang pencari ilmu pada tingkatan mubtadi ini harus menuntaskan ilmu-ilmu mubtadi terlebih dahulu sebelum dirinya beranjak ke tingkatan selanjutnya. Hal ini sangatlah penting karena seorang pencari ilmu agama terkhususnya, ketika dirinya sudah merasa cukup akan ilmu-ilmu mubtadi. Akan tetapi pada hakikatnya kapasitas dan kualitas ilmu yang ada pada dirinya belum mumpuni untuk beranjak ke tingkatan selanjutnya. Maka jika ia memaksakan untuk belajar ilmu pada tingkatan yang lebih tinggi pada akhirnya ia akan kembali lagi ke tingkatan mubtadi.
Hal ini dikarenakan ilmu agama itu satu sama lainnya saling berikatan. Ketika satu disiplin ilmu pada tingkatan mubtadi tidak dikuasai secara matang. Maka ia akan menemukan jalan buntu bahkan kesulitan ketika mempelajari ilmu pada tingkat selanjutnya.
2. Tingkatan Mutawasit
Tingkatan Mutawasit adalah tingkatan kedua setelah tingkatan mubtadi. Di dalam kitab "Turuqul Manhajiyah fi Tahsilil Ulumu Syariyah" dijelaskan bahwa:
المتوسط هو من قدر على تصوير المسألة ولم يقدر على إقامة الدليل عليها
Penjelasan sederhananya adalah orang yang berada pada tingkatan ini adalah seorang yang sudah mampu menggambarkan atau mengilustrasikan suatu permasalahan. Akan tetapi dirinya belum bisa menghadirkan dalil atau bukti-bukti atas permasalahan tersebut.
3. Tingkatan Muntahi
Tingkatan muntahi adalah tingkatan ketiga atau terakhir dan tertinggi setelah melewati dua tingkatan sebelumnya yaitu tingkatan mubtadi dan mutawasit. Hanya orang-orang yang telah menuntaskan dua tingkatan sebelumnya yang berhak dan mampu untuk mempelajari ilmu-ilmu tingkatan muntahi. Di dalam kitab "Turuqul Manhajiyah fi Tahsilil Ulumu Syariyah" dijelaskan bahwa:
لمنتهي هو من قدر على تصوير المسألة وعلى إقامة الدليل عليها
Penjelasan sederhananya adalah orang yang berada pada tingkatan ini adalah seorang yang telah mampu menggambarkan suatu permasalahan dan dirinya bisa menghadirkan dalil atau bukti-bukti atas permasalahan tersebut.
Setelah anda mengetahui tingkatan-tingkatan dalam belajar. Selanjutnya akan muncul pertanyaan apa sih hikmahnya dengan adanya pembagian tingkatan ini? Bukannya lebih enak dengan metode belajar semuanya dan semaunya?.
Salah satu hikmahnya adalah hilangnya rintangan dan halangan bagi pencari ilmu ketika dalam proses belajar. Karena dirinya akan tau lebih dulu porsi belajarnya. Hal ini tentu akan memudahkannya dalam belajar. Dan ketika pencari ilmu memulai proses belajarnya, akan tetapi ia tidak mengetahui tingkatan-tingkatan dalam belajar. Maka yang terjadi adalah ia akan kebingungan, tersendatnya proses belajar dan hanya menunda-nunda ilmu yang akan diperoleh.
Contohnya seorang pencari ilmu memulai awal belajarnya pada salah satu disiplin ilmu, misalnya ilmu nahwu. Tentunya ia pasti masih asing dengan ilmu nahwu. Akan tetapi Ia memulai belajarnya dengan menggunakan kitab "Mugni labib an kutubil a'aribi".
Maka sudah bisa dipastikan ia tidak akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat setelah mempelajarinya. Hal ini disebabkan kitab tersebut tidaklah cocok untuknya karena kitab tersebut tergolong kitab muntahi dan sedangkan ia termasuk golongan pencari ilmu tingkatan mubtadi.
Pada kesimpulannya adalah jika anda termasuk orang yang baru belajar suatu disiplin ilmu maka anda termasuk seorang pencari ilmu pada tingkatan mubtadi. Anda harus mempelajari buku-buku dasar sebelum menginjak buku-buku yang kaya akan penjelasan. Kenalilah kemampuan anda lebih dulu sebelum mulai belajar.
Buat anda yang telah membaca artikel ini, termasuk golongan yang manakah anda?. Apakah golongan tingkatan mubtadi? Mutawasit? Ataukah muntahi?. Semua jawabannya ada pada diri anda sendiri.
Nah, itulah tadi tingkatan-tingkatan dalam belajar bagi para pencari ilmu. Dan jika anda mendapatkan kesalahan dalam artikel ini saya mohon maaf sebanyak-banyaknya. Akhir kata, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi semua orang yang membacanya, selamat membaca.